Sesuai dengan kondisi habitat alami, gaharu tumbuh baik pada dataran rendah hingga berbukit (< 750 mdpl). Jenis Aquilaria spp. tumbuh optimal pada jenis tanah Podsolik merah kuning, tanah lempung berpasir dengan drainase sedang sampai baik, iklim A-B, kelembaban 80%, suhu 22-28 derajat celsius, curah hujan 2000-4000 mm/th. Pohon gaharu tidak baik tumbuh di tanah tergenang, rawa, ketebalan solum tanah kurang 50 cm, pasir kwarsa, tanah dengan pH < 4.
Gubal dan kemedangan gaharu yang tadinya hanya didapatkan dari alam langsung sekarang sudah dapat dbudidayakan sebagaimana tanaman perkebunan/hutan tanaman lainnya. Penguasaan teknik rekayasa/ stimulasi pemunculan gubal gaharu memberikan peluang bagi pengusahaan dan budidaya pohon gaharu yang lebih menjanjikan, dari mulai penyemaian, pembibitan, , penyiapan lahan, penanaman, perawatan, rekayasa inokulasi (pemasukan jamur Fusarium pembentuk) dan pemanenan. Inokulasi dilakukan setelah pohon gaharu berumur 4-5 tahun. Dan setelah 1-2 tahun kemudian dapat di panen.
Penanaman pohon gaharu sebaiknya dilakukan secara tanaman sela dan berada di bawah naungan tegakan lain misal karet, sawit, durian dsb karena sifat permudaan gaharu yang bersifat toleran terhadap cahaya (butuh naungan). Jika ditanam secara monokultur dan tanpa naungan resiko kegagalan penanaman lebih tinggi.
Kebutuhan gaharu dunia sangat besar quota Indonesia 300 ton/tahun baru dapat dipenuhi 10 % inipun lebih banyak didapatkan dengan cara (illegal) dan ini berasal dari gaharu alam. Oleh karena peluang budidaya gaharu sangat prospektif.
(Cut Rizlani dan Aswandi)
Selasa, 13 Januari 2009
Secara Ringkas Ingul/ Suren (Toona sinensis)
Bibit ingul yang kami miliki dikenal dengan nama ingul batu oleh masyarakat di sekitar Danau Toba. Ingul batu ini memiliki kualitas kayu yang lebih bagus dibandingkan ingul/suren yang biasa kita kenal. Memang agak sedikit rancu tetapi jika kita lebih jeli terdapat perbedaan bentuk daun antara ingul/suren biasa dengan ingul batu tersebut. Biasanya ingul/suren biasa dikenal dengan Toona sureni sedangkan ingul batu memiliki nama ilmiah Toona sinensis.
Pengukuran pertumbuhan ingul (batu) di sekitar Danau Toba oleh Litbang Kehutanan (kebetulan suami saya adalah peneliti Silvikultur pada Litbang Kehutanan) menunjukkan bahwa jenis ini merupakan jenis yang sesuai lokasi tersebut. Pertumbuhannya optimal jika ditanam sebagai tanaman sela diantara tanaman pertanian atau sebagai tanaman pagar. Pada tapak yang tepat riap/pertumbuhan diameternya rata-rata pertahun mencapai 3-4 cm/tahun, akan tetapi pada tapak yang miskin riapnya rendah (1-2 cm/ tahun). Jika tapaknya tepat dan mendapatkan perawatan dalam umur 7 tahun ingul dapat tumbuh hingga diameter 21-28 cm. Di Danau Toba biasanya ingul dipanen setelah berumur lebih dari 10 tahun pada diameter 30 - 40 cm.
Di sekitar Danau Toba, ingul juga biasa ditanam diantara tanaman mangga (udang atau dikenal mangga parapat), tetapi umumnya ditanam sebagai tanaman sela ataupun pagar. Harga kayu ingul di Danau Toba cukup tinggi karena digunakan untuk bahan baku kapal kayu, perumahan dan peti mati. Tegakan berdiri diameter 30-40 cm dihargai serendahnya 1-2 juta rupiah dan setelah diolah menjadi kayu gergajian harganya melejit mencapai 4-6 juta rupiah per meter kubik. Sebetulnya ingul tidak membutuhkan perawatan yang rumit dan perbanyakannya sederhana (dapat melalaui penyemaian biji, penyemaian cabutan dan dipelihara dalam polybag).
Pengukuran pertumbuhan ingul (batu) di sekitar Danau Toba oleh Litbang Kehutanan (kebetulan suami saya adalah peneliti Silvikultur pada Litbang Kehutanan) menunjukkan bahwa jenis ini merupakan jenis yang sesuai lokasi tersebut. Pertumbuhannya optimal jika ditanam sebagai tanaman sela diantara tanaman pertanian atau sebagai tanaman pagar. Pada tapak yang tepat riap/pertumbuhan diameternya rata-rata pertahun mencapai 3-4 cm/tahun, akan tetapi pada tapak yang miskin riapnya rendah (1-2 cm/ tahun). Jika tapaknya tepat dan mendapatkan perawatan dalam umur 7 tahun ingul dapat tumbuh hingga diameter 21-28 cm. Di Danau Toba biasanya ingul dipanen setelah berumur lebih dari 10 tahun pada diameter 30 - 40 cm.
Di sekitar Danau Toba, ingul juga biasa ditanam diantara tanaman mangga (udang atau dikenal mangga parapat), tetapi umumnya ditanam sebagai tanaman sela ataupun pagar. Harga kayu ingul di Danau Toba cukup tinggi karena digunakan untuk bahan baku kapal kayu, perumahan dan peti mati. Tegakan berdiri diameter 30-40 cm dihargai serendahnya 1-2 juta rupiah dan setelah diolah menjadi kayu gergajian harganya melejit mencapai 4-6 juta rupiah per meter kubik. Sebetulnya ingul tidak membutuhkan perawatan yang rumit dan perbanyakannya sederhana (dapat melalaui penyemaian biji, penyemaian cabutan dan dipelihara dalam polybag).
(Cut Rizlani dan Aswandi)
Petunjuk Teknis Pemeliharaan Bibit Melalui Penyungkupan
Bahan dan alat yang diperlukan :
- Polybag ukuran 10 cm x 15 cm
- Media tanam : topsoil (humus), kompos dan pasir (2:1:1) (jangan pupuk kimia)
- Bambu untuk pembuatan sungkup (tergantung ukuran besar kecilnya sungkup).
- Plastik bening (untuk sungkup)
- Lakban/ plaster
- Tali pengikat
A. Pemilihan Lokasi
Lokasi persemaian hendaknya berada pada daerah yang ternaungi (di bawah tegakan). Dihindari penempatan bibit berada langsung di bawah terik matahari. Apabila tidak terdapat naungan tegakan yang cukup, dapat dilakukan pemasangan paranet/shading net dengan persentase 50-75% (paranet tidak diletakkan langsung diatas sungkup). Lokasi juga hendaknya dekat dengan sumber air.
B. Penyiapan Media Tanam
- Media tanam adalah campuran topsoil dengan kompos dan pasir dengan campuran 2:1:1. Sebaiknya dihindari penggunaan pupuk kimia.
- Media tanam dimasukkan ke dalam polybag dengan ukuran 10 cm x 15 cm atau dapat juga ukuran yang lebih besar (15 x 20 cm). Ukuran polybag juga dipengaruhi ketersediaan lahan pembibitan. Polybag yang berukuran besar memerlukan lahan persemaian yng lebih luas.
- Polybag yang telah terisi disusun dengan lebar maksimal 20-30 baris dengan panjang bedengan disesuaikan dengan banyaknya bibit yang disemaikan.
C. Penanaman
- Bibit yang telah tersedia sebaiknya direndam dalam air bersih selama 30 menit setelah dikeluarkan dari kardus.
- Bibit ditanamkan ke dalam polybag dengan terlebih dahulu membuat lubang sebesar ukuran perakaran bibit pada media tanam pada polybag.
- Setelah ditanami dilakukan penyiraman secukupnya.
D. Pembuatan Sungkup
- Pembuatan sungkup dilakukan dengan ukuran tinggi 40 – 50 cm dengan lebar adalah ukuran penyusunan polybag (20 baris) dan panjang tergantung panjang susunan polybag.
- Pertama kali dibuat tiang utama pada bagian pangkal-tengah-ujung bedengan dengan galangan/ palang dari pangkal – ujung bedengan.
- Kemudian dibuat busur-busur dari bambu dengan jarak antar busur maksimal 1 (satu) meter. Ujung masing-masing busur ditancapkan ke dalam tanah di samping posisi bibit terluar serta bagian tengah busur diikatkan pada galangan/palang.
- Plastik benih (jangan hitam) dipasang setahap demi setahap mulai dari pangkal ke ujung. Bersamaan dengan pemasangan plastic dilakukan penyiraman hingga bibit jenuh air dan seluruh plastic bagian dalam basah. Hal ini dilakukan hingga seluruh kerangka sungkup tertutup erat plastic.
- Kedua ujung sungkup (yang akan berbentuk kubah panjang) ditutup rapat dengan lakban/plaster sehingga udara tidak dapat keluar masuk. Pada kedua bagian ini (pangkal dan ujung) plastic pelapis sebaiknya dua rangkap untuk menghindari kebocoran.
- Seluruh pinggir plastic yang berada didekat permukaan tanah ditutupi dengan tanah dengan rapat.
E. Pemeliharaan
- Bibit dipelihara dalam sungkup selama +/- 2 bulan. Selama ini kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah melakukan control minimal 1 minggu sekali dengan memperhatikan kondisi kelembaban di dalam sungkup. Apabila bibit terlihat kering maka dilakukan penyiraman kembali hingga polybag terlihat jenuh air. Dalam penyiraman tersebut dihindari pembuka sungkup dengan ukuran besar sehingga cukup dimasuki selang saja.
- Setelah lebih kurang 2 bulan, sungkup dibuka setahap demi setahap (Dilarang membuka sungkup sekaligus) misal setengah meter sehari. Selama pembukaan sungkup tetap dilakukan penyiraman secukupnya.
- Setelah semua sungkup dibuka, sebaiknya bibit disiram sekali sehari (terutama pada musim kemarau) hingga bibit siap didistribusikan.
- Untuk menghindari akar bibit menembus tanah sebaiknya setiap dua bulan sekali dilakukan penggeseran bibit.
(Cut Rizlani dan Aswandi)
- Polybag ukuran 10 cm x 15 cm
- Media tanam : topsoil (humus), kompos dan pasir (2:1:1) (jangan pupuk kimia)
- Bambu untuk pembuatan sungkup (tergantung ukuran besar kecilnya sungkup).
- Plastik bening (untuk sungkup)
- Lakban/ plaster
- Tali pengikat
A. Pemilihan Lokasi
Lokasi persemaian hendaknya berada pada daerah yang ternaungi (di bawah tegakan). Dihindari penempatan bibit berada langsung di bawah terik matahari. Apabila tidak terdapat naungan tegakan yang cukup, dapat dilakukan pemasangan paranet/shading net dengan persentase 50-75% (paranet tidak diletakkan langsung diatas sungkup). Lokasi juga hendaknya dekat dengan sumber air.
B. Penyiapan Media Tanam
- Media tanam adalah campuran topsoil dengan kompos dan pasir dengan campuran 2:1:1. Sebaiknya dihindari penggunaan pupuk kimia.
- Media tanam dimasukkan ke dalam polybag dengan ukuran 10 cm x 15 cm atau dapat juga ukuran yang lebih besar (15 x 20 cm). Ukuran polybag juga dipengaruhi ketersediaan lahan pembibitan. Polybag yang berukuran besar memerlukan lahan persemaian yng lebih luas.
- Polybag yang telah terisi disusun dengan lebar maksimal 20-30 baris dengan panjang bedengan disesuaikan dengan banyaknya bibit yang disemaikan.
C. Penanaman
- Bibit yang telah tersedia sebaiknya direndam dalam air bersih selama 30 menit setelah dikeluarkan dari kardus.
- Bibit ditanamkan ke dalam polybag dengan terlebih dahulu membuat lubang sebesar ukuran perakaran bibit pada media tanam pada polybag.
- Setelah ditanami dilakukan penyiraman secukupnya.
D. Pembuatan Sungkup
- Pembuatan sungkup dilakukan dengan ukuran tinggi 40 – 50 cm dengan lebar adalah ukuran penyusunan polybag (20 baris) dan panjang tergantung panjang susunan polybag.
- Pertama kali dibuat tiang utama pada bagian pangkal-tengah-ujung bedengan dengan galangan/ palang dari pangkal – ujung bedengan.
- Kemudian dibuat busur-busur dari bambu dengan jarak antar busur maksimal 1 (satu) meter. Ujung masing-masing busur ditancapkan ke dalam tanah di samping posisi bibit terluar serta bagian tengah busur diikatkan pada galangan/palang.
- Plastik benih (jangan hitam) dipasang setahap demi setahap mulai dari pangkal ke ujung. Bersamaan dengan pemasangan plastic dilakukan penyiraman hingga bibit jenuh air dan seluruh plastic bagian dalam basah. Hal ini dilakukan hingga seluruh kerangka sungkup tertutup erat plastic.
- Kedua ujung sungkup (yang akan berbentuk kubah panjang) ditutup rapat dengan lakban/plaster sehingga udara tidak dapat keluar masuk. Pada kedua bagian ini (pangkal dan ujung) plastic pelapis sebaiknya dua rangkap untuk menghindari kebocoran.
- Seluruh pinggir plastic yang berada didekat permukaan tanah ditutupi dengan tanah dengan rapat.
E. Pemeliharaan
- Bibit dipelihara dalam sungkup selama +/- 2 bulan. Selama ini kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah melakukan control minimal 1 minggu sekali dengan memperhatikan kondisi kelembaban di dalam sungkup. Apabila bibit terlihat kering maka dilakukan penyiraman kembali hingga polybag terlihat jenuh air. Dalam penyiraman tersebut dihindari pembuka sungkup dengan ukuran besar sehingga cukup dimasuki selang saja.
- Setelah lebih kurang 2 bulan, sungkup dibuka setahap demi setahap (Dilarang membuka sungkup sekaligus) misal setengah meter sehari. Selama pembukaan sungkup tetap dilakukan penyiraman secukupnya.
- Setelah semua sungkup dibuka, sebaiknya bibit disiram sekali sehari (terutama pada musim kemarau) hingga bibit siap didistribusikan.
- Untuk menghindari akar bibit menembus tanah sebaiknya setiap dua bulan sekali dilakukan penggeseran bibit.
(Cut Rizlani dan Aswandi)
Penanganan Bibit Gaharu Cabutan/Stump
Berikut ini kami sampaikan beberapa catatan untuk mendukung keberhasilan pemeliharaan bibit gaharu (Aquilaria malaccensi) yang berasal dari cabutan/stump (pengiriman dari tempat lain) :
- Pemeliharaan bibit yang berasal dari cabutan/stump harus terlebih dahulu dikondisikan dengan penyungkupan. Pemeliharaan bibit tanpa penyungkupan beresiko kegagalan walaupun bedeng pemeliharaan telah diletakkan di bawah naungan sekalipun. Ikuti petunjuk teknis pembuatan sungkup sebagaimana yang kami lampirkan. Sungkup terbuat dari plastic dan plastic sungkup tersebut dapat diperoleh dari toko peralatan pertanian atau toko plastic.
- Media tanam sebaiknya merupakan campuran topsoil : kompos : pasir (2:1:1)
- Penyiraman pertama harus betul-betul jenuh air dan penyiraman berikutnya hanya dilakukan jika media tanam terlihat kering. Dalam penyiraman tersebut dihindari membuka sungkup ukuran besar, cukup hanya dimasuki selang/lobang kecil.
- Peletakan sungkup/bedeng pemeliharaan harus di bawah naungan tegakan (sebaiknya rindang) sehingga tidak ada sinar matahari langsung dengan intensitas tinggi dan lama. Paranet/shading net 75% diperlukan jika naungan tegakan kurang dan sebaiknya diatas sungkup diberikan lagi jerami/ pelepah daun kelapa/sawit. Periksa jika terjadi kebocoran pada sungkup.
- Hindari membuka-tutup sungkup cukup sering. Dengan pembuatan sungkup yang tepat, kondisi di dalam sungkup akan terlihat mengembun dan tidak kering. Jika terlalu sering membuka dan menutup sungkup bibit beresiko kematian.
- Setelah 3-4 minggu, sungkup dibuka secara bertahap, dilarang membuka sungkup sekaligus. Contoh : hari pertama dibuka 0,5 meter, hari kedua 1 meter dan seterusnya. Jika dibuka sekaligus bibit beresiko kematian.
- Setelah dikeluarkan dalam sungkup, bibit dipeliharan dibawah naungan paranet dan sebaiknya juga di bawah tegakan agar tercipta iklim yang baik bagi pertumbuhan bibit.
(Cut Rizlani dan Aswandi)
Langganan:
Postingan (Atom)